Kamis, 26 Januari 2017

Tradisi Unik yang sangat Extreme di Dunia



BeritaUnix – Tradisi merupakan sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. tapi ada juga beberapa tradisi yang tidak biasa dan bisa anggap sangat Extreme atau tidak masuk akal oleh beberapa orang di dunia. berikut adalah beberapa tradisi yang di bilang Extreme :

1. Tradisi Mengundang Hujan Desa La Esperanza, Meksiko

Kita awali dari Negara Meksiko, disini terdapat tradisi unik di Desa Nahua, Negara Bagian Guerrero, Meksiko. Setiap Bulan Mei, puluhan ibu-ibu akan baku pukul di lapangan desa hingga berdarah-darah. Sebelum dimulai, warga membentuk lingkaran besar, lalu perwakilan beberapa dusun, misalnya dari Las Lomas dan La Esperanza, akan maju. Dua wanita dewasa berhadap-hadapan, lalu saling menjambak, menjotos wajah lawannya, bahkan mencolok mata wanita di hadapannya. Setiap ada darah muncrat, warga di lingkaran besar akan bersorak. Darah yang terciprat dari perkelahian sengit para ibu itu akan dikumpulkan di ember. Nantinya, ladang akan disirami darah itu demi memanggil hujan yang dipercaya berujung pada panen yang sukses.

Festival perkelahian kaum ibu itu adalah gabungan antara ritual kuno di Meksiko dan Katolik. Gereja setempat tidak mendukung tradisi tersebut. Sebagian warga masih meyakini bahwa mereka perlu melanggengkan perkelahian itu, agar Dewa Hujan Tlaloc mau memberkahi hasil tani Desa Nahua “Tidak ada yang peduli menang kalah. Lebih penting bagi warga agar perkelahian ini menghasilkan banyak darah untuk mengundang hujan”



ilustrasi : perkelahian Wanita di Desa Nahua, Mexico

2. Tradisi Pecahkan Batok Kelapa, India

Berikut nya dari Negara India, disamping Negara penghasil film yang banyak di gandrungi Ibu-ibu di Indonesia. ternyata di India juga memiliki Ritual Tradisi yang sangat extreme. disini Setiap tahun ribuan warga india pergi ke sebuah kuil di India selatan untuk melakukan ritual pemecahan batok kelapa menggunakan kepala. Tradisi memecahkan batok kelapa dengan menggunakan kepala ini dilakukan oleh semua kalangan, bahkan anak-anakpun diperbolehkan mengikutinya. Ritual tersebut dimaksudkan sebagai persembahan kepada dewa. Dalam ritual yang sangat berbahaya ini warga yang mengikutinya berjongkok dilantai sambil menunggu pendeta kuil menghampiri lalu memecahkan batok kelapa di kepala mereka. Sebagaian orang terlihat sangat kesakitan saat batok kepala pecah dikepala mereka, namun ada juga yang langsung mengumpulkan pecahan batok kelapa sebagai persembahan kepada dewa.

Bagi mereka yang mempercayai ritual ini, tidak akan merasakan kesakitan. Seorang wanita menceritakan bahwa dirinya tidak merasakan apa-apa saat batok kelapa dibenturkan pada kepalanya, dia percaya bahwa dewi telah menyelamatkannya dan menghilangkan rasa sakitnya. Sejarah ritual berbahaya ini sendiri berawal ketika pendudukan Inggris di India, saat itu Inggris mencoba membuat jalur kereta api melintasi daerah Tamil Nadu, Namun warga menolak rencana Inggris tersebut. Karena penolakan tersebut Inggris mengajukan syarat kepada warga, jika warga bisa memecahkan batu atau batok kelapa menggunakan kepala maka jalur kereta akan dirubah. Sejak saat itu setiap tahunnya hingga sekarang ritual ini dilakukan dan berhasil menarik ribuan pengunjung.



ilustrasi : pecahkan kelapa di kepala, India

3. Tradisi Gotmar Mela, India

Masih di India, disini Sejak 300 tahun lalu, dua desa Distrik Ahmednagar, Maharashtra, India, yaitu Pandhurna dan Sawargaon memang selalu bertikai. Keduanya berada di tepi Sungai Jaam. Entah apa awal mulanya, desa tersebut seakan tidak pernah rukun. Oleh karena bentrok antar keduanya, sudah ratusan orang luka-luka dan bahkan ada juga yang meninggal dunia. Akan tetapi, perang itu saat ini sudah tidak ada. Kedua desa telah bersepakat untuk damai. Suasana mencekam telah berganti menjadi sebuah festival untuk mengenang tragedi berdarah tersebut, namanya Gotmar Mela. Festival ini berlangsung di hari kedua Bhadrapad, bulan baru yang biasanya jatuh pada tanggal 23 Agustus hingga 22 September. Saat inilah masyarakat Pandhurna dan Sawargaon berkumpul di tepi sungai dan mempersenjatai diri mereka dengan batu. Terdengar agak seram memang, sebuah festival yang diikuti semua kalangan ini adalah kegiatan saling lempar batu.

Masing-masing desa menjadi satu kelompok. Keduanya memperebutkan bendera yang sebelumnya diikatkan di atas pohon. Masing-masing kelompok harus mengatur strategi agar bisa mendapatkan bendera tersebut. Ini memang tidak mudah, selain letak bendera yang ada di atas pohon, setiap orang yang akan naik akan selalu diganggu oleh anggota kelompok lain. Tentu saja, melempar batu adalah satu-satunya cara agar lawan tidak bisa mengambil bendera. Bisa dikatakan bahwa ini adalah festival paling berdarah di dunia. Pemerintah setempat juga telah melarang kegiatan ini berlangsung, tapi masyarakat Pandhurna dan Sawargao tetap saja melanjutkan tradisi mereka. Pada tahun 2001, pernah juga diusulkan senjata berupa Batu yg di gunakan akan diganti menjadi bola karet, tapi hal tersebut tidak didengarkan oleh kedua desa ini.


ilustrasi : festival Got mar, india

4. Tradisi Perang Kembang Api, Chios, Yunani

Kita beralih ke Yunani, disini setiap tahun pada hari Paskah, dua gereja di sebuah pulau kecil bernama Chios, Yunani, menggelar perang kembang api. Kedua gereja itu saling menembakkan ribuan kembang api ke satu sama lain. Dua gereja ortodoks (Saint Mark dan Panagia Erithiani) di kota Vrodandos berusaha memukul lonceng gereja satu sama lain dengan menembakkan kembang api. Tentu saja, tidak semua kembang api dapat mencapai target dengan tepat. Beberapa di antara mereka sering kali meleset dan membuat para warga terlihat panik berlarian untuk mencari perlindungan. Warga Vrodandos membutuhkan beberapa bulan untuk mempersiapkan tradisi unik tersebut. Sekitar 150 orang terlibat dalam pembuatan lebih dari 25.000 kembang api tersebut. Tidak semua warga menyukai tradisi berbahaya ini. Kegiatan itu telah menyebabkan beberapa kasus kebakaran dan juga kasus kematian.

Sejumlah warga sudah mulai menyuarakan keprihatinan mereka dan berusaha untuk mendorong dihentikannya tradisi tersebut. Kekhawatiran ini tampaknya tidak terlalu mengganggu mereka yang menyukainya. Pada hari Paskah kemarin, tradisi ini tetap dilaksanakan dan puluhan ribu roket ditembakkan ke udara. Ribuan orang tampak menikmati tradisi itu sembari melihat warna langit yang berkelap-kelip karena efek cahaya kembang api. Asal-usul tradisi ini membawa kita kembali ke abad ke-19, ketika pulau Chios diduduki oleh Ottoman. Saat itu, orang pribumi di pulau ini memiliki kapal yang dilengkapi dengan meriam untuk melawan bajak laut. Namun, rupanya para warga juga suka menembakkan meriam mereka saat merayakan Paskah. Ketika penjajah Ottoman datang ke pulau itu, mereka menyita meriam warga untuk mencegah pemberontakan. Sebagai gantinya, para warga beralih menembakkan kembang api. Dan tradisi ini tidak pernah berhenti sejak saat itu.



ilustrasi : Suasana Perang Kembang Api

5. Tradisi Onbashira, Jepang

Selanjut nya di jepang ada sebuah Festival Onbashira di Nagano telah secara tradisional dirayakan tanpa terputus selama 1200 tahun terakhir . Kata Onbashira secara harfiah diterjemahkan sebagai ” pilar suci” , melambangkan pembaharuan Suwa Grand Shrine . Ini terdiri dari dua tahap : Yamadashi diterjemahkan sebagai ” keluar dari pegunungan ” yang diselenggarakan pada bulan April seperti untuk Satobiki diadakan pada bulan Mei. Sebelum festival dimulai , 16 batang pohon dipotong dari 200 tahun pohon cemara Jepang. Setiap pohon bisa sampai 1 meter di seberang , 16 meter dan berat sampai 12 ton . Tim pria mempertaruhkan hidup mereka dengan memanjat pada batang dan naik sepanjang jalan menuruni lereng berlumpur , dibutuhkan 3 hari untuk memindahkan batang lebih dari 10 kilometer ke kuil . Batang pohon besar yang beratnya sekitar 7 ton, diluncurkan menuruni lereng dengan sudut kemiringan 40 derajat. Saat batang pohon meluncur, para pria pemberani melompat dan duduk di atasnya. Karena kecepatannya cukup tinggi, beberapa orang terlempar atau tergilas. Di antara mereka ada yang tewas atau cedera karena tertimpa pohon yang sangat berat.



ilustrasi : festival onbashira, jepang

6. Tradisi San Fermín ,Spanyol

Terakhir kita beralih ke Spanyol, disini ada Festival yang sangat terkenal yaitu Festival San Fermín, Festival ini sangat terkenal di Kota Pamplona, Spanyol. Festival akan dimulai siang hari tanggal 6 Juli dengan teriakan “Viva, San Fermín” dari balkon balai kota dan kemudian diikuti dengan pesta kembang api yang disebut Chupinazo. walaupun festival ini banyak menelan korban jiwa akibat di seruduk banteng, tetapi antusias dari pengunjung semakin banyak setiap tahun nya. Festival ini berakhir pada tanggal 14 Juli tengah malam, ditandai dengan dinyanyikannya Pobre de Mí. Walau acara yang paling ditunggu adalah Encierro atau Berlari Bersama Banteng, yang dimulai setiap pukul 08.00 tetapi festival ini juga menyuguhkan banyak pertunjukan seperti konser, tarian, dan pertunjukan tradisional lainnya. Kendati berbahaya, Encierro selalu menarik banyak turis untuk mencobanya. Peserta yang mengikuti acara Encierro harus berlari bersama enam banteng dan enam lembu jantan di jalanan kota sepanjang 850 meter dengan kontur bebatuan, berkelok dan sempit. Meski setiap tahun keamanan selalu ditingkatkan, tetapi setiap tahun ada sekitar 200-300 peserta yang terluka. Kebanyakan terjatuh atau bahkan terseruduk banteng. Pada malam hari, banteng yang dilepas akan dipotong dan dagingnya disajikan di restoran di kota.


ilustrasi : Festival San Fermin, Spanyol

Itulah beberapa Tradisi-tradisi yang terbilang extreme dari berbagai penjuru dunia, mungkin masih banyak Tradisi lain yang belum sempat saya Tulis disini. walaupun begitu Indonesia juga memiliki Tradisi yang tidak kalah Unik nya. mungkin lain kali saya akan tulis kan Tradisi Unik dari Indonesia.